PT Vale Kolaborasi Pemkab Luwu Timur – YPS Bangun Budaya Siaga Bencana
Eksposedia- Indeks risiko bencana provinsi seluruh Indonesia tahun 2020 menempatkan Sulawesi Selatan berada di peringkat kelima dengan tingkat risiko tinggi, sedangkan Kabupaten Luwu Timur memiliki nilai indeks risiko bencana tertinggi kedua di Sulawesi Selatan.
Kondisi tersebut patut diwaspadai oleh warga setempat, termasuk generasi muda, karena potensi bencana dapat muncul kapan pun dan di mana pun.
Untuk meningkatkan budaya siaga dan aman menuju sekolah tangguh bencana, PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) mengadakan webinar mitigasi dan kesiagaan bencana secara hybrid di Malili, Selasa (21/12/2021)
Kegiatan tersebut terlaksana berkat kerja sama dengan Yayasan Pendidikan Sorowako (YPS), Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu Timur.
Kegiatan sosialisasi dan webinar mitigasi dan kesiagaan bencana diikuti secara online dan offline sekira 650 peserta dari siswa SMP YPS Singkole dan siswa dari wilayah Kabupaten Luwu Timur, guru, potensi SAR Luwu Timur, relawan bencana, aparat Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, dan masyarakat.
“Kegiatan ini diharapkan dapat membangun kolaborasi lintas sektor. Tujuannya untuk menyediakan rekomendasi dan rencana tidak lanjut dalam membentuk masyarakat siaga bencana, sekaligus mengembangkan program sekolah tangguh bencana,” ujar Wakil Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Adriansyah Chaniago.
Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, PT Vale Indonesia Tbk memegang teguh nilai-nilai perusahaan, salah satunya “kehidupan adalah yang terpenting”, serta berkomitmen mendorong “obsesi terhadap keselamatan dan pengelolaan risiko” sebagai perilaku utama. Konsistensi dan disiplin dalam menangani setiap risiko pun ditunjukkan melalui komitmen nyata dan tindakan terukur.
Melalui program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM), PT Vale turut memperkuat kapasitas masyarakat dalam melakukan mitigasi dan kesiagaan bencana.
Kegiatan webinar seperti ini sangat baik untuk menjadi agenda rutin dan berkelanjutan dalam rangka pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) yakni di tahun 2030. “Kita semua perlu dapat membangun ketahanan masyarakat miskin dan mereka yang berada dalam situasi rentan terhadap peristiwa ekstrem terkait iklim dan guncangan dan bencana ekonomi, sosial dan lingkungan lainnya,” ujarnya.
Upaya mitigasi seperti penyediaan peta rawan bencana, dan preparedness atau kesiagaan melalui kegiatan sosialisasi penyebaran informasi tentang tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana jadi hal yang sangat penting untuk dilakukan untuk membangun resilience/ketangguhan masyarakat.
Sementara itu, Ketua Yayasan Pendidikan Sorowako (YPS) Agus Sampurno menuturkan, sebagai sebuah komunitas dan lembaga pendidikan sekolah perlu mengembangkan dan membangun sistem tangguh bencana. Harapannya ketika bencana itu datang, kepanikan yang tidak perlu tidak akan terjadi. Semua komponen dari guru sampai siswa, kepala sekolah sampai tata usaha, dan orang tua pun perlu dibekali pengetahuan dan metode sehingga tercipta sebuah komunitas yang tahu harus kemana dan bagaimana ketika bencana itu datang.
“Edukasi kebencanaan sangat penting diberikan kepada anak-anak karena mereka termasuk kelompok rentan saat terjadi bencana, selain perempuan dan lansia. Mudah-mudahan ke depan, materi ini dapat dimasukkan ke dalam kurikulum di berbagai jenjang pendidikan, sehingga ada kesadaran kolekif sejak dini untuk melakukan mitigasi bencana,” kata Bupati Luwu Timur Budiman.
Selain informasi potensi bencana di wilayah Luwu Timur, Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin Prof.Dr.Eng Adi Maulana, juga menyampaikan cara mengurangi risiko bencana dengan memahami dinamika potensi bahaya dan ancaman fenomena alam, serta memperkecil kerentanan yang ada di masyarakat dan menguatkan kapasitas masyarakat dalam melakukan mitigasi dan kesiagaan bencana untuk mengurangi risiko bencana.
Tak hanya itu saja, ia juga menyampaikan informasi potensi bencana dalam materi strategi dan implementasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).
Terkait pembangunan sekolah tangguh bencana, Prof Adi menekankan pentingnya tiga pilar utama, yakni fasilitas sekolah aman, manajemen bencana di sekolah, serta pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana. Terkait hal ini, YPS telah menginisiasi program Membangun Budaya Siaga dan Aman Menuju Sekolah Tangguh Bencana yang diharapkan menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainnya.
Kepala Pelaksana BPBD Luwu Timur, Muh Zabur memaparkan pentingnya menerapkan sekolah aman bencana sebagai bentuk penmenuhan hak setiap anak, untuk memperoleh kehidupan yang aman dari bencana selama menempuh Pendidikan dan bagaimana kerangka kerja penerapan sekolah aman bencana. (***/Ril)